Mengetahui Tingkah Laku pada Handling Hewan Ternak
Mengetahui Tingkah Laku pada Handling Hewan Ternak - Pengetahuan dan pemahaman tingkah laku hewan ternak penting untuk mengetahui cara handling yang benar, mengurangi tingkat stress, meningkatkan keamanan baik manusia maupun hewanya dan meningkatkan kesejahteraan hewan. Hewan ternak yang excited atau agitated dapat membahayakan bahkan mencederai handler (drh) dan ternaknya. Ketika stress dapat dihindari maka produktivitas hewan ternak akan meningkat, mencegah perubahan fisiologisnya dan sebagainya.
Visi dan Gerakan Hewan Ternak
Ternak mempunyai visi (sudut pandang) yang sangat luas. Sapi dan babi memiliki sudut pandang hingga >300 o, sedangkan biri – biri sekitar 191 – 306o tergantung jumlah wool di kepala. Perlunya membuat dinding isolasi yang solid untuk mencegah hewan ternak melihat gangguan yang berada di luar kandang terutama untuk hewan ternak yang masih liar. Sehingga pembatasan sudut pandang hewan ternak akan menurunkan level stress, selain itu juga akan mencegah upaya untuk melarikan diri.
Sapi memiliki pengelihatan ke bawah yang bawah buruk (ekstensif blind area). Ketika akan melihat ke bawah, sapi akan berhenti dahulu, lalu menurunkan kepalanya. Bila ada benda yang dianggap aneh atau menakutkan, seperti pipa, bayang- bayang, tekstur lantai yang berbeda, genangan air atau benda lain, biasanya sapi, babi, domba dan kuda sering mogok atau tidak mau melewati jalan tersebut.
Babi, sapi dan domba tidak menyukai sinar tajam yang menyilaukan dan cenderung berjalan dari ruang yang remang-remang (suram) ke ruang yang lebih terang.
Kapasitas sinar yang diinginkan sekitar 5 – 80 lux dan sinar tidak mengenai mata secara langsung. Hewan ternak (sapi, domba, kambing, babi) mempunyai persepsi warna dan memiliki retina tipe dichromat (retina yang sensitif warna) paling sensitif terhadap warna kuning –hijau dan blue-purple, sensitif terhadap gerakan yang tiba-tiba serta tidak suka warna yang kontras.
Hewan ternak yang dipelihara dengan sistem grazing animals mempunyai sistem visual yang dapat melihat objek jauh dengan baik, sedangkan objek dekat dengan buruk. Hewan ternak mempunyai sistem visual, pupil mata yang bisa displit sehingga efisien saat melihat jarak jauh dan tidak mau masuk ke ruang atau kandang yang gelap.
Pengaruh terhadap Suara
Sapi dan domba lebih sensitif terhadap suara (frekuensi tinggi) dibanding manusia. Sapi memiliki sensitivitas auditori 8000 hz dan domba 7000 hz. Suara-suara yang tidak diinginkan dan asing dapat menimbulkan stress karena terjadi peningkatan hormon thyroid dan cortisol. Hewan tersebut akan beradaptasi jika suara tersebut terdengar secara kontinus tetapi tidak bising (reasonable) seperti suara musik, instrumen, white noise, suara miscellaneous dll.
Babi jika di ekspose dengan suara dari radio (musik dll) akan menurunkan reaksi terhadap suara yang tiba-tiba (sudden or unexpected noises), yang dapat menurunkan berat badan. Sedangkan sapi yang mempunyai tempramen tinggi (flightly temperament) akan cenderung meloncat bila ada sudden movement atau suara teriakan (nada tinggi yang intermittent). Contoh pada stand pelelangan (auction ring) dan jelling or whistling akan meningkatkan detak jantung (palpitasi). Hindari visual dan auditory stimuli (sudden intermittent sound and sudden jerky movement) yang membuat hewan ternak takut.
Kuda, zebra dan sapi dapat mengarahkan telinganya kepada sesuatu yang dia curigai karena mempunyai ear radar yaitu daun telinga yang dapat digerakkan ke arah yang berbeda. Jauhkan halangan yang menyebabkan pemogokan pada kandang atau fasilitas penanganan ternak (handling facility). Ternak yang jinak dapat menunjuk adanya halangan (distraction) dengan menggerakkan mata dan daun telinganya ke arah halangan tersebut.
Zona Nyaman
Konsep penting pada penanganan ternak disebut sebagai personal space. Bila handler masuk ke dalam flight zone (zona nyaman) ternak akan bergerak menjauh. Luas flight zone berbeda tergantung pada tingkat kejinakan (tameness) dan keliaran (wildness) hewan ternak. Pemahaman terhadap flight zone dapat mengurangi stress dan menolong mencegah terjadi kecelakaan handlers.
Luas flight zone sapi yang dipelihara ekstensif sekitar 50 m sedangkan sapi yang dipelihara di feedlot sekitar 2 – 8 m atau mungkin 0 m (ternak amat jinak) Luas flight zone dapat terus berkurang bila ternak memperoleh frequent gentle handling. Cara mengetahui batas flight zone yaitu dengan mendekati ternak pelan – pelan (lingkaran menunjukkan flight zone.) Jika ingin handling ternak yang amat jinak, tuntun dengan halter atau ember yang berisi dengan pakan. Luas lingkungan (enclosure) pemeliharaan ternak akan berpengaruh terhadap luas flight zone.
Mendekati ternak dari depan (kepala) akan meningkatkan flight zone. Hati – hati mendekati flight zone sebab ternak dapat lari (loncat) atau menyerang handler. Posisi terbaik dalam menangani ternak adalah pada batas flight zone (ternak bergerak secara pelan). Ternak akan berhenti berjalan bila handler mundur dari batas flight zone.
Membuat ternak bergerak ke posisi handler dengan cara berdiri pada naungan atau tempat yang rindang (shaded area) di lingkaran flight zone. Membuat ternak mundur dari handler yaitu dengan cara berdiri pada titik (posisi) netral (the point of balance).
Bila posisi handler diluar flight zone, ternak akan kembali dan mempertahankan jarak yang aman Bila handler masuk ke dalam flight zone ternak akan balik dan lari.
Sapi yang digiring ke dalam “race” akan cenderung menjadi takut dan agitated saat menunggu dan berbalik ke belakang. Teknik gerakan handler agar ternak mau masuk ke dalam squeeze chute (tempat penjepitan) adlah dengan cara bergerak melewati point of balance (pada wilayah flight zone ternak) dengan arah yang berlawanan dengan arah ternak yang diinginkan. Kemudian kembali ke posisi awal di luar flight zone. Sapi masih dapat mengamati handler agar gerakan ini berhasil. Pada sistem race yang dipagar penuh (solid sides) handler perlu membuat celah pada daerah mata sepanjang race.
Visi dan Gerakan Hewan Ternak
Ternak mempunyai visi (sudut pandang) yang sangat luas. Sapi dan babi memiliki sudut pandang hingga >300 o, sedangkan biri – biri sekitar 191 – 306o tergantung jumlah wool di kepala. Perlunya membuat dinding isolasi yang solid untuk mencegah hewan ternak melihat gangguan yang berada di luar kandang terutama untuk hewan ternak yang masih liar. Sehingga pembatasan sudut pandang hewan ternak akan menurunkan level stress, selain itu juga akan mencegah upaya untuk melarikan diri.
Sapi memiliki pengelihatan ke bawah yang bawah buruk (ekstensif blind area). Ketika akan melihat ke bawah, sapi akan berhenti dahulu, lalu menurunkan kepalanya. Bila ada benda yang dianggap aneh atau menakutkan, seperti pipa, bayang- bayang, tekstur lantai yang berbeda, genangan air atau benda lain, biasanya sapi, babi, domba dan kuda sering mogok atau tidak mau melewati jalan tersebut.
Babi, sapi dan domba tidak menyukai sinar tajam yang menyilaukan dan cenderung berjalan dari ruang yang remang-remang (suram) ke ruang yang lebih terang.
Kapasitas sinar yang diinginkan sekitar 5 – 80 lux dan sinar tidak mengenai mata secara langsung. Hewan ternak (sapi, domba, kambing, babi) mempunyai persepsi warna dan memiliki retina tipe dichromat (retina yang sensitif warna) paling sensitif terhadap warna kuning –hijau dan blue-purple, sensitif terhadap gerakan yang tiba-tiba serta tidak suka warna yang kontras.
Hewan ternak yang dipelihara dengan sistem grazing animals mempunyai sistem visual yang dapat melihat objek jauh dengan baik, sedangkan objek dekat dengan buruk. Hewan ternak mempunyai sistem visual, pupil mata yang bisa displit sehingga efisien saat melihat jarak jauh dan tidak mau masuk ke ruang atau kandang yang gelap.
Pengaruh terhadap Suara
Sapi dan domba lebih sensitif terhadap suara (frekuensi tinggi) dibanding manusia. Sapi memiliki sensitivitas auditori 8000 hz dan domba 7000 hz. Suara-suara yang tidak diinginkan dan asing dapat menimbulkan stress karena terjadi peningkatan hormon thyroid dan cortisol. Hewan tersebut akan beradaptasi jika suara tersebut terdengar secara kontinus tetapi tidak bising (reasonable) seperti suara musik, instrumen, white noise, suara miscellaneous dll.
Babi jika di ekspose dengan suara dari radio (musik dll) akan menurunkan reaksi terhadap suara yang tiba-tiba (sudden or unexpected noises), yang dapat menurunkan berat badan. Sedangkan sapi yang mempunyai tempramen tinggi (flightly temperament) akan cenderung meloncat bila ada sudden movement atau suara teriakan (nada tinggi yang intermittent). Contoh pada stand pelelangan (auction ring) dan jelling or whistling akan meningkatkan detak jantung (palpitasi). Hindari visual dan auditory stimuli (sudden intermittent sound and sudden jerky movement) yang membuat hewan ternak takut.
Kuda, zebra dan sapi dapat mengarahkan telinganya kepada sesuatu yang dia curigai karena mempunyai ear radar yaitu daun telinga yang dapat digerakkan ke arah yang berbeda. Jauhkan halangan yang menyebabkan pemogokan pada kandang atau fasilitas penanganan ternak (handling facility). Ternak yang jinak dapat menunjuk adanya halangan (distraction) dengan menggerakkan mata dan daun telinganya ke arah halangan tersebut.
Zona Nyaman
Konsep penting pada penanganan ternak disebut sebagai personal space. Bila handler masuk ke dalam flight zone (zona nyaman) ternak akan bergerak menjauh. Luas flight zone berbeda tergantung pada tingkat kejinakan (tameness) dan keliaran (wildness) hewan ternak. Pemahaman terhadap flight zone dapat mengurangi stress dan menolong mencegah terjadi kecelakaan handlers.
Luas flight zone sapi yang dipelihara ekstensif sekitar 50 m sedangkan sapi yang dipelihara di feedlot sekitar 2 – 8 m atau mungkin 0 m (ternak amat jinak) Luas flight zone dapat terus berkurang bila ternak memperoleh frequent gentle handling. Cara mengetahui batas flight zone yaitu dengan mendekati ternak pelan – pelan (lingkaran menunjukkan flight zone.) Jika ingin handling ternak yang amat jinak, tuntun dengan halter atau ember yang berisi dengan pakan. Luas lingkungan (enclosure) pemeliharaan ternak akan berpengaruh terhadap luas flight zone.
Mendekati ternak dari depan (kepala) akan meningkatkan flight zone. Hati – hati mendekati flight zone sebab ternak dapat lari (loncat) atau menyerang handler. Posisi terbaik dalam menangani ternak adalah pada batas flight zone (ternak bergerak secara pelan). Ternak akan berhenti berjalan bila handler mundur dari batas flight zone.
Membuat ternak bergerak ke posisi handler dengan cara berdiri pada naungan atau tempat yang rindang (shaded area) di lingkaran flight zone. Membuat ternak mundur dari handler yaitu dengan cara berdiri pada titik (posisi) netral (the point of balance).
Bila posisi handler diluar flight zone, ternak akan kembali dan mempertahankan jarak yang aman Bila handler masuk ke dalam flight zone ternak akan balik dan lari.
Sapi yang digiring ke dalam “race” akan cenderung menjadi takut dan agitated saat menunggu dan berbalik ke belakang. Teknik gerakan handler agar ternak mau masuk ke dalam squeeze chute (tempat penjepitan) adlah dengan cara bergerak melewati point of balance (pada wilayah flight zone ternak) dengan arah yang berlawanan dengan arah ternak yang diinginkan. Kemudian kembali ke posisi awal di luar flight zone. Sapi masih dapat mengamati handler agar gerakan ini berhasil. Pada sistem race yang dipagar penuh (solid sides) handler perlu membuat celah pada daerah mata sepanjang race.
Post a Comment for "Mengetahui Tingkah Laku pada Handling Hewan Ternak"